Bahagia Itu, Bersepeda Menelusuri Pulau Tidung (Part 1)


Pada bulan Desember tahun 2016 kami sekeluarga  memulai perjalanan menuju Pulau Tidung melalui Pelabuhan Muara Angke. Setelah booking paket wisata Pulau Tidung hampir sebulan yang lalu dibulan November, akhirnya hari yang ditunggu-tunggu kami sekeluarga tiba.  Ya.. Hari dimana kami keluarga besar akan berlibur ke Pulau Tidung. Dalam rangka liburan akhir tahun dan liburan sekolah sekaligus silaturahmi keluarga selama tiga hari dua malam. Anggota Keluarga kami yang berangkat menuju pulau tidung berjumlah 16 orang. Sesuai kesepakatan awal, kami harus sudah berada di Pelabuhan Muara Angke kurang lebih jam 6 pagi. Tapi karena satu dan lain hal,  kami tiba sekitar pukul 7 pagi. Sesampainya kami di Pelabuhan Muara Angke disambut dengan aroma khas perkampungan nelayan. Ini merupakan pengalaman pertama kami mengunjungi Pelabuhan Muara Angke. Sembari menunggu jadwal keberangkatan kapal ke pulau tidung jam 8 pagi, kami mengobrol dan berselfie.


Tepat pukul 8 pagi kami menuju dermaga untuk masuk ke dalam kapal. Saat itu kami mengambil posisi duduk di ruangan bagian bawah kapal, barisan tempat duduk penumpang atau kursi seperti di peron halte terlihat beberapa masih banyak yang kosong. Saat itu penumpang tidak terlalu banyak jumlahnya, sehingga kami bisa leluasa memilih tempat duduk. Di ruangan bagian bawah kapal terdapat satu unit pendingin ruangan (AC)  dan satu unit televisi. Tidak lama setelah semua penumpang masuk, kapal kami memulai perjalanannya menelusuri Teluk Jakarta. Sebelah kanan dan kiri kami terdapat beberapa jendela bulat yang dapat dibuka bila penumpang ingin melihat deburan ombak secara dekat. Cipratan ombak dan hembusan angin menemani perjalanan kami. Karena perjalanan yang kami tempuh  masih memakan waktu yang lama, satu per satu dari kami memutuskan untuk jalan-jalan keliling kapal hingga sampailah kami di bagian atas belakang kapal yang  terbuka. Lautan yang luas dan birunya air laut terlihat jelas di depan mata. Tak salah rasanya disebut Kepulauan Seribu, karena banyaknya pulau-pulau kecil yang kami lewati selama perjalanan. Walaupun yang terlihat hanya hijaunya kumpulan pohon dari kejauhan, tapi tidak mengurangi ketertarikan kami untuk melihat pulau-pulau kecil lainnya. Alhamdulilah pada saat itu cuaca cerah dan bersahabat, sehingga kami bisa duduk bersantai diatas kapal.


Untuk mengurangi rasa bosan selama di atas kapal, kami berselfie dan mengambil gambar sekedar mengabadikan pulau-pulau kecil ataupun gemuruh ombak. Pemandangan yang jarang kami lihat dan takkan kami lewatkan begitu saja. Maha besar Sang Pencipta yang menciptakan lautan luas yang dalamnya tak terduga dengan segala isinya yang mengagumkan. Setelah beberapa lama diatas kapal,  kami kembali ke ruangan bawah kapal untuk beristirahat sambil menikmati perjalanan. Sekitar pukul 11 akhirnya kami tiba di dermaga pulau tidung. Kami disambut oleh masyarakat pulau tidung dengan suara bising becak motornya atau biasa disebut bentor. Kami semua menggunakan bentor untuk menuju rumah yang kami sewa untuk menginap. Bentor kami melewati gang-gang sempit berpaving yang juga merupakan perkampungan warga. Kurang lebih 10 menit dari dermaga menuju tempat kami akan menginap. Disana ada beberapa rumah yang khusus disewakan untuk para wisatawan menginap di tengah-tengah pemukiman warga. 
Selama di Pulau Tidung kami di dampingi oleh guide lokal yang akan mengantar kami keliling pulau. Rumah sewaan tempat kami menginap berada tepat di tepi laut, terlihat beberapa kapal nelayan sedang bersandar. Kami mendapatkan  dua Rumah untuk kami menginap, kondisi rumahnya cukup nyaman dengan dua kamar tidur dan ruang menonton televisi yang bisa digunakan untuk beristirahat juga. Setelah beristirahat dan makan siang, kami menuju pantai terdekat menggunakan sepeda yang telah disediakan oleh pengelola.


Pantai pertama yang kami kunjungi entah apa namanya tapi terlihat tidak ada ombak sama sekali alias airnya tenang. Beberapa pengunjung termasuk kami dapat bermain hingga ke tengah pantai. Dengan ketinggian air sekitar paha orang dewasa. Disana terdapat warung-warung yang menjual kelapa muda. Menurut informasi Pulau Tidung tidak menghasilkan kelapa, kelapa tersebut berasal dari pulau lain. Setelah menikmati air kelapa muda dan bermain air, akhirnya sore menjelang malam dan saatnya untuk kami mengejar sunset. Kami bersepeda kembali menuju pantai selanjutnya yang berbeda tidak begitu ramai pengunjung. Hanya ada beberapa pengunjung yang juga sedang menunggu pertunjukan alam yaitu matahari tenggelam. Pantai ini hampir mirip pantai yang sebelumnya tetapi di tepi pantainya terlihat adanya beberapa ranting pohon yang telah mati yang masih berdiri kokoh di atas pasir. Dan juga terlihat beberapa batu karang yang berserakan karena terbawa ombak mungkin pada saat itu air laut sedang pasang. Keberuntungan belum berpihak pada kami, sunset yang kami tunggu pun tak kunjung datang. Awan mendung menggelayut, rintik hujan pun tak lagi dapat dibendung.


Akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke penginapan ditemani rintik hujan. Walaupun gerimis menemani perjalanan pulang kami, tapi kami merasa senang dan ternyata bahagia itu sederhana. Bersepeda menelusuri pantai beramai-ramai itu ternyata menyenangkan, keseruan yang belum pernah kami lakukan sebelumnya. Bersepeda ria menelusuri pulau di hari pertama di pulau tidung telah berakhir, siap-siap untuk keseruan di hari selanjutnya. (Bersambung Part 2)

Comments

Popular posts from this blog

REVIEW :Theme Park Indoor Pertama di Indonesia, Trans Studio Bandung VS Trans Studio Mini Tegal

Menikmati Sabtu Malam di Kota Semarang #NovembeRain

TIPS PACKING SEDERHANA