Bahagia itu, Bersepeda Menelusuri Pulau Tidung (Part 2)


Hari kedua di Pulau Tidung, terbangun dipagi hari cuaca mendung dan sedikit gerimis menyambut pagi pertama kami dipulau ini. Padahal sudah tidak sabar untuk menelusuri sudut-sudut Pulau Tidung. Sunrise yang kami tunggu pun kami melewatkannya.   Akhirnya kami menunggu hingga gerimis reda. Tanpa mandi pagi kami langsung bersiap untuk mengayuh sepeda kembali. Seperti hari sebelumnya, kami cukup lama memilih sepeda mana yang akan kami gunakan karena memang disediakan banyak sepeda jadi kami bebas memilih yang menurut kami paling nyaman. Keseruan memilih sepeda pun tak terlewatkan oleh kami. Beberapa kali diantara kami berganti sepeda, karena dirasa kurang nyaman. 



Pagi ini kami akan mengunjungi Pulau Tidung Kecil menyebrang dengan melewati suatu Jembatan yang dikenal dengan nama Jembatan cinta. Sepanjang perjalanan kami dipenuhi oleh gelak tawa dan keceriaan. Selain melewati perkampungan penduduk, kami juga melewati kantor pemerintahan, sekolah, tempat pemakaman,  dan beberapa toko souvenir. Sepanjang perjalanan kami juga disuguhi pemandangan deburan ombak tepi laut dan aktivitas para nelayan yang akan melaut karena memang jalan setapak yang kami lewati berada di sepanjang garis pantai.  Setiap tempat yang kami kunjungi memiliki area parkir sepeda untuk memudahkan pengunjung menitipkan sepedanya ketika akan bermain di pantai. Sebelum sampai di Jembatan Cinta, kami melewati area untuk pengunjung yang ingin bermain permainan air atau watersport seperti banana boat, donuts boat, snorkeling ataupun kano. Di sepanjang jalan banyak ditemui penyewaan peralatan untuk bermain watersport. Dari kejauhan telah terlihat pulau tidung kecil dengan hutan mangrovenya yang hijau. 



Pada dasarnya jembatan cinta seperti jembatan pada umumnya, hanya saja dirancang lebih tinggi dan lebih mencolok dengan warna pinknya. Bagi pengunjung yang pemberani, Jembatan Cinta ini dijadikan tempat untuk melompat dari atas menuju ke dasar laut. Dari Jembatan Cinta yang tingginya kurang lebih 8 meter, kami bisa memandang biru yang kehijau-hijauan warna dari air laut secara bebas tak ada yang menghalangi. Dari sini juga kami bisa melihat keseruan dan keceriaan para pengunjung lain yang sedang bermain watersport. Setelah berjalan menelusuri jembatan sepanjang kira-kira 800 meter,  akhirnya pulau tidung kecil sudah di depan mata kami.  Pulau tanpa penghuni ini memang hanya diperuntukan untuk pengembangbiakan mangrove sekaligus menjaga kelestarian ekosistem laut. Setelah melihat pulau tidung kecil, kami beranjak pulang untuk menuju penginapan kembali. 



Sekitar jam 10 pagi, kami siap-siap kembali menuju spot snorkeling di tengah laut menggunakan kapal nelayan. Peralatan seperti life vest dan kacamata snorkeling pun tak ketinggalan sebagai peralatan wajib untuk  melihat kehidupan bawah laut. Setelah terombang-ambing cukup lama di tengah lautan, akhirnya dua diantara kami mengalami mabok laut (termasuk penulis blog ini).  Beberapa telah asik dengan kegiatan snorkelingnya, tapi beberapa diantara kami juga tidak memiliki keberanian untuk menaklukan deburan ombak. Hanya menjadi penonton dari atas kapal saja (termasuk penulis blog ini). 



Kapal kami berlabuh di area watersport dekat dengan Jembatan Cinta, karena kami akan melanjutkan dengan bermain watersport yaitu donat yang ditarik speedboat. Beberapa mengikuti permainan donat, tapi beberapa yang lain hanya menikmati suasana pantai saja. 



Setelah bermain air seharian, kami beranjak pulang menuju penginapan kembali. Dan perut kami sudah protes minta untuk diisi. Selama kami berlibur di Pulau Tidung, urusan makan telah disediakan oleh pengelola. Jadi kami tidak terlalu khawatir untuk urusan perut. 



Hari beranjak sore yang tak boleh terlewatkan adalah sunset. Kami mengayuh sepeda kami kembali untuk melihat pertunjukan alam yang memukau yaitu sunset di pantai, entah apa nama pantai yang menjadi spot sunset pada waktu itu. Tenggelamnya matahari dimanapun selalu ditunggu oleh jutaan pasang mata termasuk kami. 



Setiap sunset memiliki ceritanya​ masing-masing, tergantung dari sisi mana kita bisa mengabadikan momen itu. Perpaduan warna orange matahari dan birunya air laut yang muncul merupakan cerminan kebesaran Sang Pencipta yang Maha Besar. Sunset memang tak pernah ingkar janji akan selalu memukau bagi yang melihatnya. Sama seperti Sang Pencipta yang tak pernah ingkar janji kepada umatNya yang bertakwa. Malam menjelang dan kami menutup hari dengan menyantap ikan dan cumi bakar bersama-sama ditepi laut ditemani rintik hujan. (Bersambung part 3)

Comments

Popular posts from this blog

REVIEW :Theme Park Indoor Pertama di Indonesia, Trans Studio Bandung VS Trans Studio Mini Tegal

Menikmati Sabtu Malam di Kota Semarang #NovembeRain

TIPS PACKING SEDERHANA