MY FIRST FLIGHT


bandara soetta

Cerita ini dimulai ketika ajakan untuk ke Bali datang ke saya dari seorang sepupu  tentunya dengan biaya akomodasi gratis. Alhamdulilahh.. semoga rejeki sepupu saya berkah Amin. :)
Ya.. gratis saya mana punya budget untuk jalan-jalan ke Bali. Walaupun sepuluh tahun yang lalu saya sudah pernah menginjakkan kaki di pulau dewata yang amat tersohor itu, tapi perjalanan kali ini tetap seperti pertama kali karena kita akan menggunakan pesawat. Ya.. seumur hidup saya belum pernah menggunakan "si burung besi " itu, dan belum pernah terbayangkan pada tanggal 23 Desember 2015 lalu itu adalah penerbangan pertama saya.  Dua minggu sebelum keberangkatan semakin mendebarkan saja mungkin terlalu banyak membaca dan menonton berita terkait masalah penerbangan di negara kita ini. Bagi yang belum pernah naik pesawat seperti saya penting rasanya bertanya via mention twitter dengan #tipsnaikpesawat, terlihat berlebihan tapi itu salah satu cara di era sekarang apapun bisa ditanyakan di media sosial. Dari mulai cara check in bandara hingga cara mengatasi sakit telinga dipesawat. Alhamdulilah saya tidak mengalami hambatan apapun dan dijauhkan dari sakit telinga yang sering terjadi oleh para penumpang. Pedahal saya sudah menyiapkan permen setoples (seperti berada di warung cangcimen). Bandara adalah tempat yang baru bagi saya, bangunan semegah dan seluas itu belum pernah saya lihat di daerah saya tinggal. Pertama kali menginjakkan kaki pertama kali di bandara Soetta yang saya pikirkan hanya "Mau Bertanya Nggak Sesat Di Jalan" #AskBNI. Bertanya adalah satu-satunya cara untuk dapat melewati tahap demi tahap pemeriksaan yang ketat dibandara, dan juga agar tak salah naik pesawat tentunya (seperti adegan film home alone). Setiap tahap pemeriksaan saya dahulukan dengan bertanya kepada petugas, seperti kebingungan saya membaca Gate Z1 pada boarding pass. Setelah saya bertanya kepada petugas akhirnya saya mengetahui bahwa maksud dari Gate Z1 adalah zona Z dengan beberapa pintu yang nantinya ditentukan oleh masing-masing maskapai penerbangan. Sembari menunggu pengumuman dari maskapi saya menungu diruang tunggu yang telah disediakan tapi tidak berada jauh dengan gate yang tertulis di boarding pass. Setelah delay satu jam akhirnya saya menuju gate yang tertulis di boarding pass, dengan menaiki bus menuju parkiran pesawat. Berada dalam bus lumayan lama mungkin mencari posisi yang tepat untuk memudahkan penumpang tapi saya menikmati itu sebagai sebuah proses menaati peraturan karena tentunya peraturan dibuat untuk kebaikan kita bersama. Jadi saya belajar untuk lebih bersabar dan jangan mudah mengeluh. Penerbangan malam hari ternyata membuat jantung berdetak lebih kencang mungkin karena pengaruh gelap dan cuaca yang tak bisa diperediksi saat ini. Berada di dalam pesawat membuat saya agak tegang dengan suara mesin yang cukup jelas terdengar pada saat take off. Karena ketakutan akan sakit telinga yang berlebihan saya memakan permen sepuluh bungkus selama di dalam pesawat. Sakit telinga hilang kemungkinan diabetes datang :)). Perjalanan jarak dekat pun membuat saya sering melihat jam, rasanya ingin cepat-cepat mendarat dengan cantik. Perjalanan memakan waktu kurang dari dua jam, hingga datanglah saat landing yang saya nantikan. Alhamdulilah...Perjalanan yang melelahkan bukan karena lari-lari atau mengangkat beban tas berat tapi lelah menghadapi kemacetan ibukota menuju bandara Soetta dan ketakutan berada di dalam pesawat. Tapi itu bukan jadi masalah malahan jadi pengalaman yang tak terlupakan. Karena setiap kesempatan untuk melihat keindahan disitu pula ada perjuangan yang harus dilalui. BALI, WE'RE COMING..!

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

One Day Trip in Semarang (Part 3)

REVIEW :Theme Park Indoor Pertama di Indonesia, Trans Studio Bandung VS Trans Studio Mini Tegal

Menikmati Sabtu Malam di Kota Semarang #NovembeRain