Ketika Pangandaran Mempertemukan Kami Kembali



Kalau ada yang bertanya sejak kapan saya menyukai kegiatan yang katanya menghabiskan uang untuk jalan - jalan? Mungkin jawaban klisenya adalah sejak memiliki penghasilan sendiri dan memiliki hari libur yang berbeda dari karyawan pada umumnya. Eitts.. Jangan berpikir uang saya melimpah hanya untuk jalan - jalan saja ya hehe. Sedikit informasi untuk yang kepo  dengan kondisi keuangan saya, sekedar info saja ya saya adalah karyawan dengan penghasilan 10 koma sekian yang artinya adalah setelah tanggal 10 saya sudah berada dalam kondisi yang memprihatinkan hehe. Tapi Percayalah terkadang ketika hasrat jalan - jalan muncul tetapi setelah dihitung budget tak cukup ketika itu pula alam semesta mendengar dan mewujudkannya dengan cara yang tak terduga. Tiba - tiba rejeki anak solehah pun hadir, tanpa rencana akan ada yang mengajak alias mentraktir untuk jalan - jalan. Haseeekkk^ Rejeki memang tidak harus berbentuk materi, kesempatan baik yang hadir dalam hidup juga merupakan rejeki yang harus selalu dsyukuri kan^ alhamdulilah. Tapi ketika akan melakukan perjalanan bukan berarti tanpa persiapan dan perjuangan lho... Walaupun telah ditanggung biaya akomodasi selama perjalanan, tetapi saya juga harus mempersiapkan uang untuk sekedar membeli makan atau minum selama perjalanan maupun sekedar membeli oleh - oleh untuk keluarga dirumah.
Saya juga memiliki cara yang cukup ekstrem untuk berhemat demi jalan  - jalan yang nyaman dan menyenangkan. Salah satu cara yang paling ampuh untuk berhemat ketika hasrat jalan - jalan muncul adalah dengan mengatakan tidak terhadap ajakan untuk hangout baik ke mall, nongkrong di cafe maupun nonton bioskop kecuali jika ditraktir hehe. Jangan heran ketika saya lebih memilih diam dirumah dibandingkan berada di keramaian kota karena itu pasti dalam rangka mengencangkan ikat pinggang. Hari libur saya memang memiliki ritme yang berbeda dari karyawan pada umumnya itulah salah satu alasan saya bisa melakukan perjalanan di saat weekday. Terkadang saya bisa bekerja full tanpa libur alias nonstop 7 hari selama sebulan demi suatu itinerary jalan -  jalan. 




‌Perjalanan pertama saya dimulai saat keinginan bersama teman - teman kuliah untuk saling bertemu kembali setelah berpisah di tahun 2009. Pada tahun 2012 tepat di bulan kelahiran saya November, kita sepakat untuk bertemu sambil menikmati pesona alam di Pangandaran. Langsung semua setuju karena memang kami doyan jalan apalagi saya. Pangandaran bukan tempat baru untuk saya, ketika masih kecil saya sempat mengunjunginya pada saat acara keluarga atau lebaran. Tapi sepertinya saya sudah tidak mengingatnya lagi karena sudah terlalu lama. Lokasi meeting point kami yaitu Banjar. Salah satu teman memang bertempat tinggal di Banjar, sedangkan yang satu lagi berasal dari Jakarta. Jadi saat itu kami berencana meminjam mobil untuk menuju Pangandaran. Waktu tempuh sekitar kurang lebih 2 jam. Saya saat itu berangkat dari Tegal menuju Banjar menggunakan bus jurusan Purwokerto tepat pukul 06.00 pagi. Bukan hal yang baru juga untuk saya bepergian menggunakan bus yg sama, karena selama empat tahun saya kuliah di Purwokerto terbiasa menggunakan bus tersebut untuk pulang ke Tegal. Perjalanan Saya turun dari bus sebelum bus memasuki terminal Purwokerto tepatnya di daerah Ajibarang. Karena Tidak ada bus rute yang langsung menuju Banjar, maka saya harus berganti bus jurusan Purwokerto - Banjar. Tarif bus pada saat itu sekitar 20.000 - 30.000. Lama perjalanan dari Tegal - Banjar kurang lebih 6 jam. Sebelum adzan dzuhur saya telah sampai di terminal bus Banjar, kemudian mencari becak yang bersedia mengantarkan saya menemukan rumah seorang teman. Banjar juga bukan tempat asing bagi saya,  karena merupakan daerah asal orang tua dan beberapa keluarga. Jadi setidaknya saya tidak akan nyasar ditempat itu. Tinggal duduk manis di atas becak ditemani angin sepoi -  sepoi dan sinar matahari yang tepat berada di atas kepala. Sampai di rumah seorang teman paling baik, kami telah berkumpul dan telah siap dengan perlengkapan tempur yaitu beberapa kotak berisi makanan yang rencananya saat itu akan kami santap di pinggir pantai. 



Setelah shalat dzuhur, kami berangkat dengan semangat menggebu - gebu hehe. Selama perjalanan diisi dengan canda tawa teringat masa lalu ketika masih menyandang status anak kuliahan. Perjalanan tak terasa membosankan karena melewati jalan yang berbelok-belok dan kanan kiri pepohonan hijau menambah keceriaan kami bertiga. Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam,  kami disambut dengan suara debur ombak dari kejauhan. Setelah memasuki kawasan Pantai Pangandaran dan membayar beberapa retribusi akhirnya kami berkeliling mencari penginapan. Tapi sebelumnya kami berhenti di tepi pantai untuk menyantap makanan yang telah kami bawa ditemani semilir angin. Setelah itu baru kami mencari penginapan yang sederhana dan terjangkau. Karena kami tidak memerlukan kamar yang mewah, tapi kami perlu kamar yang dekat dengan pantai. Sepertinya kami salah mengenai penginapan dekat pantai, ternyata penginapan dekat pantai justru harganya menggila. Oke kami gagal untuk melihat sunrise dari tempat tidur. Tempat menginap kami terletak diantara Pantai Timur dan Pantai Barat. Jadi untuk menuju kedua pantai tersebut tidak terlalu jauh mungkin sekitar sepuluh menit berjalan kaki atau bersepeda. Tepat dibelakang penginapan kami telah ada penyewaan sepeda. Disana memang paling menyenangkan saat berkeliling pantai menggunakan sepeda. 
Malam harinya, kami berjalan kaki menelusuri sepanjang jalan di tepi Pantai Barat yang sudah beraspal. Kebetulan kami mengunjungi Pangandaran bukan pada saat momen liburan, jadi tidak begitu ramai dibandingkan saat Libur Lebaran. Jangan ditanya bagaimana ramainya ketika libur lebaran, saya pun malas untuk membayangkannya. Sepanjang jalan Pantai Barat di penuhi oleh deretan bangunan hotel berbintang dan di sekelilingnya terdapat banyak pedagang khas pasar malam yang menjual baju, celana, dan aksesoris khas pantai Pangandaran. Sorotan lampu gemerlap dari beberapa hotel menerangi pantai. Tampak beberapa wisatawan bersantai menikmati langit malam di pinggir pantai termasuk kami bertiga yang enggan melewatkannya begitu saja. 



Pangandaran merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Pangandaran terletak di sebelah selatan Jawa Barat. Pangandaran merupakan kabupaten baru hasil pemekaran diri dari Kabupaten Ciamis. Pangandaran merupakan daerah pesisir yang terkenal dengan wisata pantainya tidak hanya oleh masyarakat Indonesia tapi juga mancanegara karena alamnya yang unik dan daya tarik pantainya yang menarik. Pemerintah daerah semakin gencar memperbaiki infrastukur untuk meningkatkan sektor pariwisata. Salah satunya dengan membangun Bandara Nusawiru agar mempermudah akses para wisatawan menuju Pangandaran dari Bandara Halim Perdanakusuma menggunakan maskapai Susi Air. Kalian juga bisa menggunakan busGapuraning Rahayu dari Terminal Kampung Rambutan atau Budiman dari Terminal Bekasi langsung menuju Terminal Pangandaran. 



Esok harinya, kami sudah siap dengan sepeda kami masing - masing untuk membelah Pantai Barat dan Timur. Sepanjang jalan terlihat genangan air mungkin semalam atau menjelang pagi telah turun hujan tapi tak menyurutkan semangat kami untuk menikmati suasana pantai dengan bersepeda. Tiba - tiba cuaca kembali murung dan hujan kembali turun beberapa menit. Sewa sepeda disana saat itu sekitar 15.000 - 25.000 entahlah untuk berapa lama saya lupa. 



Pantai barat memiliki karakteristik pantainya yang landai dan hamparan pasir putih yang menjadi primadona para wisatawan. Bagi yang suka berenang maupun bermain pasir bersama keluarga, pantai ini cocok karena aman dengan ombaknya yang tenang. Jika kalian beruntung bisa menikmati sunrise dan sunset dari pantai ini. Sayangnya, saat kami disana langit kurang mendukung. Kalian juga bisa menikmati Pantai Barat ini dengan berkeliling pantai sambil berkuda dan bersepeda yang bisa kalian sewa ataupun menggunakan perahu kecil untuk menuju suatu pulau yang terkenal pada masa penjajahan Belanda. Kami beruntung bisa melihat beberapa terumbu karang dari atas perahu sebelum tiba di pulau kecil tersebut. Pulau tersebut masih sepi, berpasir putih, tanpa penghuni, hanya ada beberapa ekor monyet nakal yang akan menemani perjalanan kalian. Kami bertiga juga berhasil menjadi korban kejailan monyet disana haha. Jangan coba bermain - main dengan mereka ya.



Sedangkan Pantai Timur memiliki keunikan yang berbeda, kalian akan menemukan deretan pedagang seafood di sepanjang jalan tepi pantainya dengan beberapa hewan laut masih hidup yang dipajang didepan warung mereka menggunakan kotak kaca ataupun ember. Tidak salah kalau mereka menyebut Pantai ini dengan sebutan Pusat Seafood dan pasar ikan segar di Pangandaran. Selain terkenal dengan pesona Seafoodnya, Pantai Timur juga terkenal cocok untuk melakukan olahraga yang memacu adrenalin seperti banana boat dan jetski. 




Masih banyak keseruan kami bertiga lainnya, selanjutnya di Part 2 ya..















Comments

Popular posts from this blog

REVIEW :Theme Park Indoor Pertama di Indonesia, Trans Studio Bandung VS Trans Studio Mini Tegal

Menikmati Sabtu Malam di Kota Semarang #NovembeRain

TIPS PACKING SEDERHANA